Rupiah Melemah 0,19% ke Rp15.783 per Dolar AS, Mata Uang Asia Umumnya Tertekan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (25/10/2024), tercatat melemah sebesar 30,5 poin atau sekitar 0,19 persen. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) dan platform perdagangan lainnya, rupiah diperdagangkan di level Rp15.783 per dolar AS. Angka ini menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya yang berada di level Rp15.752 per dolar AS.

Melemahnya rupiah ini terjadi di tengah tren pelemahan yang lebih luas pada mata uang negara-negara di kawasan Asia, yang tercatat juga mengalami tekanan terhadap mata uang masing-masing. Secara umum, mayoritas mata uang Asia berada di zona merah pada pembukaan perdagangan pagi ini.

Pelemahan Rupiah di Tengah Sentimen Global yang Cenderung Negatif

Pelemahan nilai tukar rupiah ini tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal, terutama pergerakan dolar AS yang masih menunjukkan kekuatan. Dolar AS terus mempertahankan dominasinya di pasar mata uang global, seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang cenderung hawkish (berorientasi pada suku bunga tinggi). Kekuatan dolar AS umumnya mempengaruhi tren pelemahan mata uang di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.

Faktor-faktor global yang turut memengaruhi adalah kekhawatiran pasar terhadap potensi perlambatan ekonomi global dan ketegangan geopolitik yang belum mereda. Kenaikan suku bunga di AS masih menjadi salah satu faktor yang membebani mata uang dunia, termasuk rupiah.

Namun, meskipun tertekan, para analis menilai bahwa pelemahan ini masih dalam batas yang wajar, mengingat Indonesia juga memiliki daya tahan ekonomi yang relatif baik. Ekspor komoditas seperti minyak sawit, batu bara, dan nikel masih memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia.

Kinerja Mata Uang Asia Lainnya

Pelemahan rupiah juga sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang di kawasan Asia yang berada di zona merah. Berikut adalah perkembangan beberapa mata uang Asia pada pagi ini:

  • Yen Jepang: Melemah tipis sebesar 0,09 persen terhadap dolar AS, diperdagangkan di level JPY 148,12 per USD. Yen tertekan seiring dengan kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ) yang tetap mempertahankan suku bunga rendah, yang kontras dengan kebijakan suku bunga tinggi di negara-negara maju.

  • Baht Thailand: Melemah 0,02 persen, diperdagangkan di THB 36,01 per USD. Pengaruh krisis ekonomi global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik turut memberikan tekanan pada baht.

  • Yuan China: Melemah 0,08 persen, diperdagangkan di CNY 7,27 per USD. Yuan juga menghadapi tantangan terkait dengan perlambatan ekonomi di China dan kebijakan stimulus yang belum memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian.

  • Peso Filipina: Melemah 0,08 persen terhadap dolar AS, diperdagangkan di PHP 57,90 per USD, seiring dengan ketidakpastian ekonomi domestik dan dampak dari inflasi yang tinggi.

  • Won Korea Selatan: Juga mengalami pelemahan sebesar 0,16 persen, diperdagangkan di KRW 1.353,98 per USD, di tengah kecemasan pasar terhadap potensi resesi global dan ketegangan di pasar global.

Mata Uang yang Menguat di Kawasan Asia

Meski mayoritas mata uang di Asia tertekan, ada beberapa mata uang yang justru mengalami penguatan ringan terhadap dolar AS:

  • Dolar Singapura (SGD): Menguat 0,03 persen menjadi SGD 1,36 per USD, didorong oleh soliditas ekonomi Singapura yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan ini.

  • Dolar Hong Kong (HKD): Melemah 0,03 persen menjadi HKD 7,85 per USD, meskipun berada dalam kisaran stabil karena kebijakan moneternya yang sangat terkait dengan dolar AS.

Analisis dan Prospek Kedepan

Meskipun rupiah tercatat melemah, prospek jangka pendek masih menunjukkan bahwa pelemahan ini bukanlah sebuah tren yang signifikan. Beberapa faktor dapat menghambat pelemahan lebih lanjut, antara lain ekspektasi perbaikan neraca perdagangan Indonesia dan ketahanan sektor ekspor, yang cukup mendukung kestabilan ekonomi domestik.

Selain itu, perhatian pasar akan tertuju pada langkah-langkah kebijakan ekonomi yang diambil oleh Bank Indonesia, yang diperkirakan akan mempertahankan kebijakan suku bunga stabil untuk menjaga daya tarik investasi di Indonesia.

Pelemahan yang terjadi juga masih terbilang moderat dibandingkan dengan banyak negara lainnya. Mata uang negara berkembang lainnya, seperti yen Jepang dan yuan China, juga mengalami tekanan yang serupa. Sebagai salah satu negara berkembang dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia diharapkan tetap memiliki daya tahan terhadap gejolak pasar global ini.

Kesimpulan

Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah tipis ke level Rp15.783 per USD, tercatat turun 30,5 poin atau 0,19 persen. Pelemahan ini terjadi seiring dengan dominasi dolar AS yang masih kuat di pasar global, ditambah dengan kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Mayoritas mata uang Asia juga tertekan, namun beberapa mata uang seperti dolar Singapura masih mencatatkan penguatan kecil.

Pelemahan rupiah, meskipun sedikit menekan, tetap berada dalam level yang dapat dikelola, dengan ekspektasi bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan dalam sektor ekspor dan stabilitas ekonomi domestik. Ke depannya, pasar akan terus memantau kebijakan moneter global dan dampaknya terhadap pasar mata uang.


Categories

Cari Blog Ini

Gaya Sehat. Diberdayakan oleh Blogger.

Kode Pengaturan Template

Klik Link

Popular Posts